KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga makalah ASKEB NEONATUS, Mengenai VARICELLA. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah
ASKEB NEONATUS dengan
tema.VARICELLA, Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-rekan
mahasiswa khususnya mahasiswa D3
Kebidanan Universitas Respati Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
yang telah banyak membantu memberi bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran
kepada penyusun.
Kami selaku
penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien
Yogyakarta, 28 OKTOBER 2013
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...............................................................................................2
Daftar isi.........................................................................................................3
BAB
I
PENDAHULUAN............................................................................5
Latar
belakang.............................................................................................5
BAB
II
PEMBAHASAN.............................................................................6
1.
Definisi
.................................................................................................6
2.
Epidemiologi.........................................................................................7
3.
Patofisiologi...........................................................................................8
4.
Manifestasi
Klinik..................................................................................9
5.
Faktor
Resiko........................................................................................11
6.
Komplikasi............................................................................................11
7.
Diagnosis
Banding................................................................................11
8.
Pencegahan............................................................................................12
9.
Penatalaksanaan.....................................................................................13
10. Prognosis................................................................................................16
BAB III PENUTUP.....................................................................................18
Kesimpulan................................................................................................18
Daftar
pustaka...........................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dulu, penyakit chickenpox lebih dikenal sebagai smallpox.
Seorang dokter dari Persia bernama Muhammad ibn Zakariya ar-Razi adalah orang
yang pertama kali menemukan smallpox. Nama smallpox diambil dari
dua suku kata small dan pox. Small berarti kecil, sedangkan
pox pada zaman itu berarti kutukan.
Namun pada tahun 1767, Dokter Herberden (seorang dokter dari
Inggris) dengan tegas menyatakan bahwa chickenpox dan smallpox
adalah dua penyakit berbeda. Salah satu perbedaannya adalah pada penderita
penyakit chickenpox bentol merah tidak ditemukan di telapak tangan dan
kaki, sedangkan smallpox menyerang seluruh anggota tubuh termasuk
telapak tangan dan kaki.
Mengapa disebut chickenpox? Apa ada hubungannya
dengan ayam? Ternyata ini adalah bahasa kiasan. Dalam bahasa Inggris, "chicken"
dapat juga diartikan sebagai "pengecut". Jadi, chickenpox
adalah penyakit yang pengecut (dibaca: lebih ringan) dibandingkan dengan smallpox.
Penyakit varisela ini telah lama dikenal. Ingrassia, seorang
dokter Sicilia,
telah pemah melaporkannya pada tahun 1553, sedang perbedaan
karakteristik klinis antara varisela dengan variola telah ditemukan oleh
Heberden pacta tahun 1767
Varisela berasal dari bahasa Latin, varicella. Di Indonesia
penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri
terkenal dengan nama chicken-pox. Varisela adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh virus Varicella zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada
kulit. Pada umumnya menyerang anak-anak, tapi dapat juga terjadi pada orang
dewasa yang belum pernah terkena sebelumnya. Banyak menyerang anak usia sekolah
dasar (antara 5-9 tahun). Penularan memang cukup sering terjadi antar teman
sekolah. Bersifat sangat menular dengan masa penularan antara 1 hari sebelum
timbul ruam sampai 7 hari setelah munculnya gejala. Penularan dapat terjadi
melalui kontak langsung dan percikan ludah (droplet infection).
B. Pokok Permasalahan
11. Definisi
12. Epidemiologi
13. Patofisiologi
14. Manifestasi Klinik
15. Faktor Resiko
16. Komplikasi
17. Diagnosis Banding
18. Pencegahan
19. Penatalaksanaan
20. Prognosis
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Varicella atau Chickenpox adalah penyakit yang disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (disingkat dengan VZV, atau disebut juga Human Herpes Virus-3 / HHV-3), ditandai dengan adanya lesi berupa makula eritem, papul, vesikel, pustula, dan krusta, dan penyembuhannya kira – kira setelah 16 hari, serta demam yang terjadi biasanya subfebril (100 - 102°F), namun dapat pula tinggi hingga 106°F.
Varicella atau Chickenpox adalah penyakit yang disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (disingkat dengan VZV, atau disebut juga Human Herpes Virus-3 / HHV-3), ditandai dengan adanya lesi berupa makula eritem, papul, vesikel, pustula, dan krusta, dan penyembuhannya kira – kira setelah 16 hari, serta demam yang terjadi biasanya subfebril (100 - 102°F), namun dapat pula tinggi hingga 106°F.
Vesikel pada varicella umumnya timbul pertama pada tubuh dan
muka, kemudian menyebar ke hampir seluruh tubuh, termasuk kulit kepala dan
penis, juga pada mukosa mulut, hidung, telinga, dan vagina. Vesikel varicella
lebarnya sekitar 1/5 – 2/5 inchi (5 – 10 mm), mempunyai dasar yang kemerahan,
dan akan berkelompok setelah lebih dari 2 – 4 hari. Beberapa orang hanya
mengalami sedikit vesikel, meskipun yang lainnya memiliki vesikel hingga
ratusan. Bila vesikel digaruk atau dipecah, keropeng dan vesikel dapat
terinfeksi oleh bakteri (infeksi sekunder bakteri). Vesikel-vesikel baru akan
tetap terbentuk, sementara vesikel terdahulu pecah, mengering dan menjadi
krusta, dengan demikian pada suatu saat akan tampak bermacam-macam ruam kulit
(polimorf). vesikel biasanya beratap tipis, bentuknya bulat/lonjong menyerupai
setetes air sehingga disebut teardrop vesicle.
Beberapa anak mengalami demam, nyeri perut, atau perasaan
tidak enak dengan vesikel pada kulit mereka. Gejala ini umumnya berakhir
sekitar 3 hingga 5 hari, dan demam berkisar antara 38,3oC hingga 39,4oC. Anak
yang lebih muda sering mengalami vesikel yang lebih sedikit dibanding anak yang
lebih tua atau orang dewasa. Secara umum, varicella adalah penyakit ringan,
tetapi dapat mematikan pada penderita leukemia atau penyakit lain yang
melemahkan sistem immun.
Umumnya orang hanya akan terserang varicella satu kali
seumur hidup. Tetapi virus yang meyebabkan varicella dapat dormant (tidak aktif
sementara) pada tubuh dan menyebabkan erupsi kulit yang berbeda (disebut
shingles/herpes zoster), pada saat yang akan datang.
EPIDEMIOLOGI
1. Frekuensi
Di Amerika Serikat, frekuensi tergantung musim, biasanya
bulan Maret dan April. Sebelum vaksin varicella disebarkan, dilaporkan terjadi
4 juta kasus varicella. Penyakit ini responsibel pada 11.000 kasus di rumah
sakit dalam setahun dan terjadi 50 – 100 kasus kematian. Saat ini, kurang dari
10 kematian dalam setahun menimpa mereka yang belum diimunisasi. Sedangkan di
internasional, secara universal varicella cenderung merata, diperkirakan
terjadi 60 juta kasus dalam setahun. Varicella lebih berpengaruh pada individu
yang tidak memperoleh kekebalan. Mungkin ada sekitar 80 – 90 juta kasus di
seluruh dunia.
2. Mortalitas / Morbiditas
- Banyak terjadi pada anak
usia 1 – 4 tahun, diperkirakan 2 kematian tiap 100.000 kasus
- Kebanyakan kematian di
Amerika Serikat terjadi sebelum ada vaksinasi dan bersama dengan
ensefalitis, pneumonia, infeksi bakteri sekunder, dan sindroma Reye.
- Mortalitas pada anak –
anak dengan immunocompromised lebih tinggi.
- Penyakit ini lebih
serius pada neonatus, tergantung kapan infeksi terhadap ibunya
3. Ras
Tidak ada predileksi ras tertentu.
4. Seks
Tidak ada predileksi jenis kelamin
5. Umur
Insiden tertinggi varicella pada anak umur 1 – 6 tahun. Anak
dengan umur lebih dari 14 tahun hanya sekitar 10% dari kasus varicella.
PATOFISIOLOGI
Varicella primer disebabkan oleh infeksi Varicella Zooster Virus, suatu Herpes Virus. Penularan melalui inhalasi (droplet) atau kontak langsung dengan lesi di kulit penderita.
Infeksi biasanya terjadi dengan menembus selaput konjungtiva
atau lapisan mukosa saluran napas atas penderita. Kemudian terjadi replikasi
virus di limfonodi setelah dua sampai empat hari sesudahnya, dan diikuti
viremia primer yang terjadi setelah empat sampai enam hari setelah inokulasi
awal. Virus kemudian menggandakan diri di liver, spleen, dan organ lain yang memungkinkan.
Viremia kedua, ditandai dengan adanya partikel – partikel
virus yang menyebar di kulit 14 sampai 16 hari sejak paparan awal, menyebabkan
typical vesicular rash. Ensefalitis, hepatitis, atau pneumonia dapat terjadi
pada saat itu.
Periode inkubasi biasanya berlangsung antara 10 sampai 21
hari. Pasien mampu menularkan penyakitnya sejak satu sampai dua hari sebelum
muncul rash sampai muncul lesi yang mengeras, biasanya lima sampai enam hari
setelah muncul rash pertama kali. Meskipun kebanyakan infeksi varicella
menimbulkan kekebalan seumur hidup, pernah dilaporkan infeksi ulangan pada anak
yang sehat.
Hal lain yang harus dijelaskan, setelah infeksi primer VZV
bertahan hidup dengan cara menjadi dormant di system saraf sensorik, terutama
Geniculatum, Trigeminal, atau akar Ganglia Dorsalis dan dormant. Mekanisme
imunologi host gagal menekan replikasi virus, namun VZV diaktifkan kembali jika
mekanisme host gagal menampilkan virus. Kadang – kadang terjadi setelah ada
trauma langsung. Viremia VZV sering terjadi bersama dengan herpes zoster. Virus
bermigrasi dari akar saraf sensoris dan menimbulkan kehilangan sensoris pada
dermatom dan rash yang nyeri dan khas.
MANIFESTASI KLINIK
1. Anamnesis
Pada masa prodormal, gejala – gejala yang muncul sangat
bervariasi. Masa inkubasi adalah 10 sampai 20 hari.
- Varicella yang terjadi
pada anak – anak sering tidak didahului dengan gejala prodormal, melainkan
ditandai dengan exanthema.
- Pada orang dewasa dan
remaja sering didahului dengan gejala prodormal yaitu, mual, mialgia,
anoreksia, sakit kepala, batuk pilek, atau nyeri tenggorok
- Satu sampai dua hari
setelah seseorang terinfeksi virus, timbul rash berupa vesikel – vesikel,
dan setelah empat sampai lima hari kemudian, vesikel – vesikel tersebut
pecah dan menjadi krusta.
- Adanya trias berupa
munculnya rash, malaise, dan demam subfebril menandakan onset dari
varicella.
- Pada daerah wajah,
badan, kepala, dan ekstremitas proksimal, sering terlihat adanya makula
eritem yang dengan cepat menjadi papul, vesikel yang jernih, dan pustula
dengan umbilikasi di daerah sentral selama 12 sampai 14 hari.
- Kadang vesikel dapat
muncul di telapak tangan dan kaki, membran mukosa yang dirasakan nyeri.
Gatal seringkali dirasakan pada saat muncul vesikel.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Adanya rash
- Tiap lesi dimulai dari
macula eritem, papul, vesikel, pustula, dan krusta
- Bila di sekitar lesi
berwarna kemerahan, dan sedikit membengkak, harus dicurigai terjadi
superinfeksi bakteri
- Beberapa lesi dapat
muncul di daerah orofaring
- Lesi yang ditemukan pada
mata jarang ditemukan
- Lesi akan mengalami
erupsi setelah 3 – 5 hari
- Lesi biasanya berubah
menjadi krusta selama 6 hari dan penyembuhan terjadi setelah 16 Hari
- Pemanjangan waktu erupsi
pada lesi yang baru atau penyembuhan dapat terjadi pada seseorang dengan
imunitas seluler rendah
b. Demam yang terjadi biasanya subfebril (100 - 102°F), namun dapat pula tinggi hingga 106°F. Demam lama harus dicurigai terjadinya komplikasi atau imunodefisiensi
3. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Tzanck smear pada cairan vesikuler menunjukkan adanya giant
cell yang multinuklear dan badan inklusi eosinofil intranuklear pada sel
epitel dan badan inklusi eosinofil intranuklear.
Isolasi virus VZV dengan melakukan kultur cairan vesikel merupakan diagnosis defenitif, walaupun pembiakan virus VZV merupakan cara yang sulit dan hasil positif diperoleh kurang dari 40%.
Isolasi virus VZV dengan melakukan kultur cairan vesikel merupakan diagnosis defenitif, walaupun pembiakan virus VZV merupakan cara yang sulit dan hasil positif diperoleh kurang dari 40%.
Dapat digunakan dua teknik pemeriksaan, yaitu :
1.
Teknik
imunofluoresensi langsung
Lebih
sensitif dan cepat bila dibandingkan dengan kultur jaringan
2) Teknik PCR
Sangat
sensitif dalam mengidentifikasi VZV.
Dapat pula dilakukan pemeriksaan serologis seperti EIA, IFA,
Complemen fixation, FAMA, dan Tes Aglutinasi Latex (4).
b. Pencitraan
Foto thoraks diindikasikan bila pada penderita menunjukkan
adanya tanda – tanda gangguan pulmonal, untuk menyingkirkan kemungkinan
terjadinya pneumonia. Pada foto thoraks dapat ditemukan normal atau adanya
infiltrat bilateral yang difus pada pneumonia yang disebabkan varicella (4).
c. Pemeriksaan Lain
- Lumbal Punksi
Anak – anak dengan tanda – tanda gangguan neurologis
sebaiknya dilakukan pemeriksaan LCS melalui lumbal punksi. LCS pada penderita
dengan encefalitis varicella ditemukan beberapa atau banyak sel, yaitu PMN atau
mononuklear.
- Kadar glukosa sering normal
- Kadar protein dapat
normal atau sedikit meningkat.
FAKTOR RESIKO
1. Neonatus pada bulan pertama memungkinkan terkena
varicella yang berat, kecuali ibunya dengan seronegatif.
2. orang dewasa
3. pasien yang sedang mendapat terapi steroid dosis tinggi
dalam pengobatan 2 mingu
4. pasien dengan penyakit keganasan, semua pasien anak kecil
dengan kanker beresiko menderita varicella yang berat
5. stadium immunocompromised misal keganasan, sedang terapi
antimalignansi, HIV, dan semua kondisi imunodefisiensi didapat maupun
congenital
6. wanita yang sedang hamil beresiko tinggi varicella,
terutama dengan pneumonia
KOMPLIKASI
1. infeksi bakteri sekunder
1. infeksi bakteri sekunder
2. komplikasi pada SSP (ataksia cerebelar post infeksi akut,
ensefalitis, sindroma Reye, meningitis aseptik, GBS, dan poliradikulitis)
3. pneumonia
4. herpes zoster
5. otitis media
6. trombositopenia
7. hepatitis
8. glomerulonefritis
9. varicella hemoragik
DIAGNOSIS BANDING
- pemfigoid bulosa
- dermatitis herpetiformis
- drug eruption
- eritema multiforme
- herpes simpleks
- impetigo
- insect bite
- syphilis
PENCEGAHAN
1. Vaksinasi
1. Vaksinasi
- Vaksin varicella terdiri
dari virus varicella yang dilemahkan. Pemberian vaksin varicella di USA
sejak tahun 1955 telah menurunkan angka insidensi dan kematian yang
disebabkan oleh varicella.
- Pemberian vaksin
varicella telah memberikan perlindungan terhadap varicella hingga 71 –
100%, dan vaksin lebih efektif apabila diberikan pada anak setelah berusia
1 tahun. Pada anak – anak yang kurang dari 13 tahun pemberian vaksin
varicella direkomendasikan dengan dosis tunggal, sedangkan pada anak –
anak yang lebih besar dengan dua dosis yang diberikan dengan interval
waktu 4 – 8 minggu.
Efek samping dari pemberian vaksin seringkali terjadi 42
hari setelah imunisasi, dan pada umumnya terjadi bila diberikan pada anak
sebelum 14 bulan, setelah pemberian vaksin MMR, dan bila anak mendapat steroid
peroral.
2. Imunoglobin Varicella Zooster (VZIG)
- Diberikan sebagai
profilaksis setelah terpapar virus, dan terutama pada orang – orang dengan
resiko tinggi
- Dosis yang diberikan
adalah 125 IU / 10 kgBB. 125 IU adalah dosis minimal, sedangkan dosis
maksimal adalah 625 IU dan diberikan secara intramuskuler
- VZIG hanya mengurangi
komplikasi dan menurunkan angka kematian varicella sehingga pada orang –
orang yang tidak mengalami gangguan imunologi lebih baik diberikan vaksin
varicella.
Indikasi pemberian VZIG :
- Bayi baru lahir dari ibu
yang menderita varicella 5 hari sebelum sampai 2 hari setelah melahirkan
- Anak – anak dengan
leukemia atau limfoma yang belum divaksinasi
- Penderita dengan HIV
AIDS atau dengan imunodefisiensi
- Penderita yang
mendapatkan terapi imunosupresan (steroid sistemik)
- Wanita hamil
Orang – orang dengan system imun yang lemak dan belum pernah
menderita varicella
PENATALAKSANAAN
1. Penderita sebaiknya diisolasi dari penderita lain
2. antihistamin oral seperti Diphenhydramine dan Hydroxyzine
diberikan bila pruritus hebat. Pemberiannya sebaiknya secara topikal karena
toksisitasnya. Dapat terjadi absorpsi sistemik.
3. Acetaminofen diberikan untuk mengurangi demam
4. Acyclovir intravena direkomendasikan hanya pada penderita
anak – anak yang immunocompromised atau dengan pneumonia atau ensefalitis
varicella
5. Acyclovir oral sebaiknya diberikan pada penderita yang
lebih dewasa pada saat awal sakit
6. VZIG diberikan 96 jam setelah terpapar pada orang – orang
dengan resiko tinggi
Berikut beberapa kelompok pengobatan yang diberikan pada
penderita varicella :
1. Antihistamin
Kerjanya melalui efek penghambatan terhadap histamin pada
reseptor H1.
a. Diphenhydramine
Dapat diberikan peroral, intravena, dan intramuskuler.
Nama obat
Diphenhydramine
Dosis Dewasa : 25 – 50 mg/dosis peroral setiap 4 atau 6 jam
perhari ; 10 – 50 iv mg /dosis secara iv atau im ; tidak boleh melebihi 400 mg
/ hari ; bila diberikan secara iv harus secara pelahan
Anak – anak: 0,5 – 1 mg/kgBB/dosis secara peroral / iv / im tiap 6 jam
Kontraindikasi
Pada orang – orang yang hipersensitif, MAOIs, dan asma akut
Pada orang – orang yang hipersensitif, MAOIs, dan asma akut
Interaksi
Dapat menyebabkan depresi SSP
Efek Samping
Dapat menyebabkan glaucoma sudut tertutup, hipertiroid,
peptic ulcer, obstruksi traktus urinarius, sedative
b. Hydroxyzine
Merupakan antagonis reseptor H1. Dapat menekan aktivitas
histamin pada regio subkorteks pada SSP. Merupakan lini kedua bila pemberian
diphenhydramine tidak dapat menghentikan pruritus. Dapat diberikan secara
peroral atau intramuskuler.
Nama obat
Hydroxyzine
Dosis
Dewasa : 25 – 100 mg/dosis secara peroral atau intramuskuler tiap 4 – 6 jam perhari
Anak – anak :
2 – 4 mg/kgBB/dosis tiap 4 – 6 jam perhari. Sebagai alternative
dapat diberikan 0,5 – 1 mg/kgBB/dosis tiap 4 – 6 jam perhari
Kontraindikasi
Pada orang – orang hipersensitif
Pada orang – orang hipersensitif
2. Agen Antiviral
Diberikan pada anak – anak dengan immunocompromised atau
pada anak sehat yang menderita pneumonia atau ensefalitis varicella. Sebenarnya
pemberian secara rutin Acyclovir pada anak – anak sehat tidak dianjurkan.
Acyclovir dapat mencegah serangan ulang. Dapat digunakan
pada penderita dengan usia lebih dari 13 tahun, anak – anak lebih dari 12 bulan
dengan gangguan kulit atau paru kronik, pasien yang mendapat terapi Aspirin
yang lama, dan penderita imunocompromised. Dosis pemberiannya pada dewasa 600 –
800 mg peroral 5 dosis perhari untuk 5 hari, tidak boleh melebihi 3200 mg /
hari. Sedangkan untuk anak – anak 80 mg/kgBB/hari peroral untuk 5 hari.
Kontraindikasi Acyclovir adalah pada penderita yang hipersensitif. Sedangkan
efek sampingnya antara lain dapat menyebabkan gagal ginjal, dehidrasi, gangguan
neurologist.
3. Antipiretik
Diberikan bila penderita demam, contohnya adalah
Acetaminofen.
Nama obat
Acetaminophen
Dosis
Dewasa :
Dosis
Dewasa :
325 – 650 mg peroral setiap 4 – 6 jam perhari. Tidak boleh
melebihi 4 g/hari
Anak – anak :
< 12 tahun : 10 – 15 mg/kgBB/dosis peroral setiap 4 – 6
jam perhari. Tidak boleh melebihi 2,5 g/hari
> 12 tahun : sama dengan dosis dewasa
Kontraindikasi
Penderita hipersensitif
Efek samping
Dapat menyebabkan gagal ginjal, dehidrasi, gangguan
neurologist
4. Immunoglobulin
Imunoglobulin merupakan imunisasi pasif yang diberikan pada
orang yang telah terekspos virus setelah 96 jam.
Nama Obat
Varicella Zooster Immunoglobulin Human (VZIG)
Dosis
Dewasa : 625 IU secara intramuskuler
Dewasa : 625 IU secara intramuskuler
Anak – anak :
< 10 kg : 125 IU
10,1 – 20 kg : 250 IU
20,1 – 30 kg : 375 IU
30,1 – 40 kg : 500 IU
> 40 kg : sama dengan dosisdewasa
Kontraindikasi
Pada penderita hipersensitif dan trombositopenia tidak boleh diberikan intravena karena dapat menyebabkan defisiensi Ig A, nyeri, kemerahan, dan bengkak pada tempat injeksi
Pada penderita hipersensitif dan trombositopenia tidak boleh diberikan intravena karena dapat menyebabkan defisiensi Ig A, nyeri, kemerahan, dan bengkak pada tempat injeksi
Pengobatan di rumah :
Tujuan perawatan di rumah untuk mengurangi rasa gatal dari
varicella dan demam atau perasaan tidak enak yang menyertai.
Atasi rasa gatal pada kulit dengan kompres basah atau
memandikan pada air dingin atau air hangat setiap 3-4 jam selama beberapa hari
pertama. Mandi tidak memperparah varicella. Kemudian keringkan tubuh (jangan
digosok).
Calamine lotion paling sering digunakan untuk mengatasi rasa
gatal, tetapi jangan membarikan lotion di dekat mata atau wajah pada anak yang
lebih muda. Lainnya dapat diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung
salisil 2% atau mentol 1-2%. Potong kuku untuk melindungi terhadap garukan,
yang dapat menimbulkan infeksi pada vesikel yang pecah.
Varicella pada mulut mungkin menyebabkan sulit makan atau
minum. Berikan air dingin dan makanan lunak. Hindari makanan/minuman yang
mengandung asam tinggi, seperti jus jeruk, atau khususnya garam. Nyeri pada
mulut dapat diatasi dengan memberikan acetaminophen (paracetamol) secara rutin
saat ada vesikel pada mulut.
Luka pada daerah genetalia dapat terasa sangat nyeri. Krim
anestesi yang mengurangi nyeri dapat diberikan. Tanyakan dokter anda.
Untuk menurunkan panas, gunakan pengobatan nonaspirin
seperti acetaminophen (paracetamol). Asprin jangan diberikan pada anak dengan
varicella atau penyakit akibat virus lainnya, karena penggunaan aspirin dapat
berhubungan dengan berkembangnya Reye Syndrome.
PROGNOSIS
1. Pada varicella yang tidak berat, prognosis baik
1. Pada varicella yang tidak berat, prognosis baik
2. Angka kematian dari pneumonia varicella adalah 10% pada
orang – orang dengan sistem imun baik, dan 30% pada penderita yang
immunocompromised
3. Angka morbiditas dan mortalitas cukup tinggi terjadi pada
anak – anak yang menderita varicella dengan immunocompromised
4. Bila seseorang telah terinfeksi varicella, akan memberikan
ketahanan seumur hidup walaupun reinfeksi sekunder pernah dilaporkan
5. Bila varicella terjadi pada neonatus, angka kematian
dapat mencapai hingga 30%
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Penyebab varicella adalah Varicella Zooster Virus yang
merupakan anggota Human Herpes Virus subfamili Alpha Herpesvirinae, dan
sebagaimana semua virus herpes, virus ini adalah virus DNA.
2. Varicella sangat menular, serangan kedua mencapai 80 –
90% pada kontak keluarga
3. Transmisi terjadi dengan :
a. Droplet pernapasan yang mengandung virus yang sangat
menular sampai muncul rash
b. Papula dan vesikel (yang belum kering) mengandung banyak
virus
c. Periode infeksi varicella dimulai dua hari sebelum lesi
kulit muncul, dan berakhir ketika lesi mengering, biasanya lima hari kemudian
d. Kontak langsung antara seseorang dengan orang yang
memiliki lesi yang mengandung banyak virus
e. Maternal varicella dengan viremia dapat menyebar melalui
plasenta ke fetus, hal ini mengakibatkan varicella fetus
4. Faktor resiko menderita varicella antara lain :
- Neonatus pada bulan
pertama, kecuali ibunya dengan seronegatif
- Orang dewasa
- Pasien yang mendapat
terapi steroid dosis tinggi dalam pengobatan 2 minggu
- Pasien dengan penyakit
keganasan, semua pasien anak kecil dengan kanker beresiko menderita
varicella yang berat
- Stadium
immunocompromised seperti keganasan, sedang menjalani terapi anti
malignansi, HIV, dan semua kondisi imunodefisiensi didapat maupun
congenital
- Wanita yang sedang hamil
beresiko tinggi terkena varicella, terutama dengan pneumonia
5. Obat – obat yang dipakai untuk terapi varicella antara lain :
- Antihistaminiral
- Antiviral
- Antipiretik
- Immunoglobulin
6. Prognosis : - Pada varicella yang
tidak berat, prognosis baik
- Angka kematian dari
pneumonia varicella adalah 10% pada orang – orang dengan system imun yang
baik, dan 30% pada penderita yang immunocompromised
- Angka morbiditas dan
mortalitas cukup tinggi
- Bila seseorang telah
terinfeksi varicella, akan memberikan ketahanan seumur hidup walaupun
reinfeksi sekunder pernah dilaporkan
- Komplikasi fatal jarang
terjadi
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito. 1997. Penerapam Pada Praktek Klinis. Salemba.
Jakarta
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Kepreawatan.
Volume 1. EGC. Jakarta
Edward Martin, 2000.
"Penyakit anak sehari -hari dan tindakan darurat " Gramedia : Jakarta
http://parentingislami.wordpress.com/2008/05/02/cacar-air-pada-anak.